Setiap manusia pasti akan bertemu dengan kematian, cepat atau lambat, saat masih kecil, remaja, ataupun tua. Pada akhirnya semua akan menghadapinya. Untuk itu kita harus mempersiapkannya dengan sebaik-baiknya. “Jika sesorang manusia meninggal dunia, maka amalnya terputus, kecuali dari tiga hal, yaitu dari sedekah jariyah atau ilmu yang bermanfaat atau anak saleh yang mendoakannya.” (HR Muslim, Tirmidzi, Nasai, Abu Dawud, Ahmad dan Darimi).
Berdasarkan hadits tersebut, bisa kita simpulkan bahwa hal-hal yang harus kita siapkan dalam menuju kematian adalah amal saleh yang ikhlas karena Allah Swt. Selain itu, kita juga membutuhkan investasi amal yang akan tetap mengalir walaupun kita sudah meniggal dunia, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan yang paling penting adalah anak soleh yang senantiasa selalu mendoakan kita setelah kematian.
Anak yang soleh merupakan impian setiap orang tua.
Sehingga ketika orang tua akan meninggal, anak-anaknyalah yang berada di sekeliling orang tuanya untuk membantu orang tuanya mentalqin lafadz “laailahailallah…”, setelah itu anaknyalah yang memandikan orang tuanya, menggosok tubuhnya membasuh tubuh orang tuanya hingga bersih, kemudian membantu mengkafankan orang tuanya, setelah itu menjadi imam shalat jenazah orang tuanya, dan mengantarkan jenazah untuk kemudian membantu menguburkan jenazah orang tuanya tersebut. Setelah itu, anaknya senantiasa selalu menyertakan nama kedua orang tuanya dalam doa-doanya.
“Ya Allah ampunilah dosanya, sayangilah dia, maafkanlah dia, sehatkanlah dia, muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah kuburannya, mandikanlah dia dengan air, es dan embun, bersihkanlah dari segala kesalahan sebagaimana kain putih bersih dari kotoran, berilah ia tempat tinggal yang lebih baik dari tempat tinggalnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya dan peliharalah dia dari siksa kubur dan siksa neraka.” ( HR Muslim ).
Hal tersebut merupakan kebanggaan terbesar orang tua kepada anaknya. Memang tidak harus anak yang menyolatkan orang tua, siapa pun yang sudah cukup syarat boleh. Namun, sebaiknya memang anak dari orang yang meninggal itulah yang menyolatkannya karena itu adalah salah satu tanda bukti cinta dan bakti terakhir kita kepada orang tua.
Bertitik tolak dari hal dimaksud, SMA Mutiara Bunda mengadakan praktik Fiqih Janaiz untuk seluruh siswa kelas 11. Semua siswa mempraktikan cara pemulasaraan jenazah dari memandikan, mengkafani, menyolatkan hingga menguburkan. Target utama setiap siswa memiliki kemampuan pemulasaraan jenazah bagi lingkungan sekitarnya terlebih lagi bekal menjadi anak soleh ketika kelak dibutuhkan oleh kedua orangtuanya, kapanpun. Pada akhirnya tidak ada hal yang paling bermakna bagi kedua orangtua selain memiliki anak yang soleh, sehingga SMA Mutiara Bunda lebih dari Bahagia untuk ikut serta mewujudkannya.
(sumber tulisan: hendraahong.web.id)