Adakah lingkungan yang masih memelihara nilai-nilai hidup warisan leluhur berusia ratusan tahun berada di sekitar area perkotaan saat zaman digital saat ini? Jawabannya ada. Nama kampungnya Cirendeu di sekitar area Leuwigajah, Kota Cimahi, beberapa kilometer dari pusat Kota Bandung. Kampung Cireundeu berusaha mempertahankan citra sebagai Kampung Adat yang masih mempertahankan tradisi peninggalan jaman dahulu di tengah modernisasi. Perilaku yang diturunkan leluhur atau nenek moyang Komunitas Adat Kampung Cireundeu terhadap warga sebagai generasi penerusnya antara lain adalah kebiasaannya yang mengonsumsi rasi (beras ampas singkong) sebagai bahan pokok, cara mengolah lahan yang memiliki pola tersendiri, perilaku dalam mempertahankan prinsip leluhur dalam berhubungan dengan orang lain seperti tidak menyakiti orang lain, tetapi harus silih asih, silih asah, dan silih asuh.
Keunikan Kampung Adat
Bertitik tolak dari keunikan Kampung Adat yang letaknya tidak jauh dari kota Bandung, maka tim kelas 6 SD Mutiara Bunda mengajak anak-anak belajar kehidupan Bersama tokoh masyarakat Kampung Adat Cirendeu dengan mengadakan kegiatan Field Trip Virtual ke lokasi dimaksud. Kegiatan ini diawali dengan pengambilan gambar semua sudut Kampung Adat ini beberapa waktu sebelumnya, selanjutnya saat hari H pelaksanaan Field Trip Virtualnya, anak-anak kelas 6 mendapatkan paket ke rumahnya masing-masing berupa janur dan penganan khas Cirendeu berbahan dasar singkong.
Berikutnya secara virtual setiap anak-anak di rumah menyimak video lingkungan Kampung Adat Cirendeu yang dilanjutkan dengan kegiatan membuat kerajinan tangan berbahan janur dipandu oleh tokoh masyarakat Cirendeu yang dihadirkan langsung ke aula SD Mutiara Bunda. Anak-anak sangat antusias membuat kerajinan berbahan janur yang hasilnya bisa langsung dipajang di rumah masing-masing. Keseruan kegiatan Field Trip Virtual saat itu diakhiri dengan penampilan para tokoh masyarakat Cirendeu bermusik menggunakan alat musik khas Jawa Barat yaitu karinding.
Diantara banyak hal yang dilakukan juga didapatkan oleh anak-anak kelas 6 di kegiatan Field Trip Virtual kali ini, ternyata membuat kerajinan tangan berbahan janur adalah hal yang sangat sulit. Sungguh sesuatu hal yang tidak mudah dalam waktu singkat membuat sesuatu dengan bahan terbatas 1 helai janur. Kesulitan yang dialami oleh anak-anak ini seolah menjadi sebuah pertanda bahwa mempertahankan budaya juga warisan leluhur selama periode waktu tertentu itu juga sangat sulit, terlebih di zaman digital saat ini dimana sekat-sekat sebuah wilayah, lingkungan bahkan negara sudah sangat maya karena globalisasi. Kampung Adat Cirendeu ternyata mampu mengatasi kesulitan itu dengan caranya sendiri, teguh dan kokoh mempertahankan nilai-nilai kehidupan yang sangat akrab dengan alam seperti orangtua mereka terdahulu. Jika masyarakat Kampung Adat Cirendeu saja bisa mengatasi berbagai kesulitan hidupnya, tentu anak-anak kelas 6 SD Mutbun pun kelak akan bisa. Menuju keseimbangan hidup yang hakiki dengan prinsip silih asah, silih asih dan silih asuh.