Filosofi Pendidikan Inklusif

Jika membahas Pendidikan Inklusi di Sekolah, maka kita perlu menjabarkannya secara terpisah. Pendidikan adalah suatu proses dimana setiap individu, siapapun anak didik itu, bisa berkembang dengan optimal ketika layanan pendidikannya benar-benar sesuai dengan kebutuhan anak didik. Itulah salah satu gambaran singkat dari Pendidikan inklusi. Ketika kita kupas lebih jauh apa itu Pendidikan inklusi, sebenarnya bukan hal baru, Pendidikan inklusi itu adalah kehidupan sehari-hari yang sudah dirasakan oleh anggota masyarakat. Apalagi kalau kita merujuk pada pendapat Tony Booth, maka Pendidikan inklusi itu dilandasi oleh tiga dimensi. Dimensi Basic adalah Culture atau Budaya, disinilah setiap individu, siapapun hamba Allah itu, berangkat dari budaya masing-masing. Baik budaya dari diri sendiri maupun dari lingkungan, dan keluarga, itu sudah mencerminkan satu proses yang inklusi. Artinya betul-betul budaya yang mendukung eksistensi individu sebagai Hamba Allah.

Filosofi Inklusi Di Dimensi Pendidikan

Ketika kita masuk di dimensi Pendidikan, maka hakekatnya Pendidikan itu dilaksanakan di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Itupun sudah seharusnya mencerminkan keramahan. Tidak ada diskriminasi dalam proses Pendidikan itu. Dilakukan dengan penuh keindahan, kebahagiaan senantiasa kepada setiap partner yang dihadapinya, baik itu orang tua atau kita, melalui cara harus senantiasa tersenyum, dan betul-betul mengesankan untuk semua anak yang dididik dalam lingkungannya.

Filosofi Inklusi Di Dimensi Regulasi

Ketika kita masuk di dimensi regulasi yang terkait dengan pengembangan, yaitu satu upaya yang dilandasi oleh hukum. Maka itupun benar-benar regulasi (harus) ramah, nyaman dan sangat support untuk mengembangkan semua potensi anak maupun individu yang dihadapi dalam setting Pendidikan Inklusi. Jadi filosofi pendidikan inklusi itu, prinsipnya: semua Hamba Allah yang dihadapi itu musti bahagia, musti nyaman, musti dia merasa bahwa dia berada di lingkungan yang memeang berbudaya, berpendidikan, dan dilandasi oleh regulasi. Jadi artinya, inklusi itu bukan barang baru. Inklusi itu, sejak Indonesia ada, sejak adanya Adam dan Hawa, Inklusi itu sdah ada. Apalagi dilihat dari tiga dimensi itu. Jadi bukan impor dari Norwat, bukan impor dari Jerman atau dari jepang. Tapi bangsa Indonesia pun sudah menghasilkan satu proses layanan Inklusi.

Satu contoh yang kita lihat, di Provinsi Jawa Barat, di Tatar Sunda. Ada yang disebut dengan istilah Tut Wuri Handayani, Ing Ngarsa sung Tulada. Dan itu semua adalah filosofi di Jawa Barat. Dengan demikian, maka kita sebagai bangsa, di dalam layanan Pendidikan Inklusi harus yakin bahwa inklusi itu hasil akhirnya semua yang dihadapi itu harus senang,  menyenangkan, dan tidak tertekan, itu intinya.

Oleh karena itu, maka Pendidikan Inklusi seharusnya dilakukan di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Walaupun dalam konteks masyarakat, sekolah itu merupakan hal baru yang harus mengimplementasikan Pendidikan inklusi. Dengan demikian Pendidikan inklusi itu bisa dilakukan di semua tatar kehidupan. Ketika di sekolah terwujud satu upaya interaksi dan komunikasi yang inklusi, nyaman untuk siapapun, dalam komunitas inklusi tersebut, maka intinya kita telah berhasil mencapai ekspektasi yang sesuai. Dengan keberadaan anggota masyarakat atau komunitas tersebut.

Pendidikan Inklusi Sudah Lama Melekat

Filosifi Pendidikan Inklusi itu sebenarnya sudah melekat di dalam kehidupan kita sehari-hari. Oleh sebab itu, muncul apa yang disebut atau dimaknai di Indonesia, Inklusi itu hakekatnya sama dengan filosofi bangsa Indonesia yaitu “ Bhineka Tunggal Ika”. Berbeda-beda, beragam sama sekali, tetapi tetap aslinya satu jua, itulah Inklusi.

Sumber : DR. Hidayat, M.Si.

yutube Pendidikan Inklusif untuk Sekolah

https://www.youtube.com/watch?v=jdSAPhFNBR0


Lihat seputar informasi mengenai pendaftaran, biaya pendidikan dan lainnya pada link berikut : https://www.sekolahmutiarabunda.com/school-enrollment/

Atau chat langsung bersama tim kami di Whatsapp :  (tim Humas Mutbun)

Leave a Reply